Persepsinews.com , SAMARINDA -Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur memberikan pembekalan peningkatan kapasitas tim kluster kesehatan sigap menghadapi bencana alam dan non alam.
Pelaksana Harian Kepala Dinkes Provinsi Kaltim Setyo Budi Basuki mengatakan, pembekalan ini diberikan untuk seluruh tim kluster kesehatan di seluruh bidang di Dinkes Kaltim dalam bentuk workshop.
Workshop ini diikuti oleh 50 peserta dari tim kluster kesehatan yang terdiri dari berbagai bidang di Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim, Rumah Sakit, dan Organisasi Profesi.
Narasumber dan fasilitator dari workshop ini diantaranya Rakhmad Ramadhanjaya dari Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dan Didiek Rachmadi dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
“Pembekalan ini kami kemas dalam bentuk workshop dalam meningkatkan keterampilan tim kluster kesehatan yang terdiri dari berbagai bidang di Dinkes Kaltim, Rumah Sakit, dan organisasi profesi,” ujar Setyo Budi Basuki.
Basuki yang juga Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kaltim, menjelaskan bahwa peningkatan kapasitas kesehatan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal, yang menetapkan dua standar pelayanan minimal yang menjadi kewenangan provinsi, yaitu Kejadian Luar Biasa (KLB) dan penanggulangan bencana.
Dalam operasinya, Tim Kluster Kesehatan dalam kesigapan bencana Dinkes Kaltim juga berkoordinasi dengan Badan Penanggulaangan Bencana Daerah (BPBD), baik tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota.
“Kami perlu mengumpulkan anggota dari kluster kesehatan untuk diberikan workshop oleh narasumber yang kompeten baik dari pusat maupun daerah, agar kita dapat meningkatkan kesiapan dan keterampilan kita dalam menghadapi bencana alam dan non alam,” ucap Basuki.
Basuki menuturkan, Indonesia merupakan negeri yang rawan bencana, termasuk Kalimantan Timur yang memiliki sejarah kejadian bencana seperti banjir, tanah longsor, gelombang ekstrim, cuaca ekstrim, kekeringan, serta kebakaran hutan dan lahan.
“Selain itu, Kalimantan Timur memiliki banyak point of entry yang meningkatkan risiko penyebaran penyakit atau bahaya dari luar negeri atau luar daerah yang dapat berdampak kedaruratan kesehatan masyarakat dan berpotensi menjadi bencana non alam,” ujarnya.(AG / ADV Dinas Kesehatan Provinsi Kaltimantan Timur)