Persepsinews.com , SAMARINDA – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Dr Jaya Mualimin mengatakan, mendekati penghujung tahun 2023 ini masih banyak tantangan Dinkes Kaltim dalam mengatasi sejumlah penyakit di daerah.
Beberapa diantaranya seperti kasus TBC hingga DBD. Kasus TBC saat ini masih menjadi fokus utama Kementerian Kesehatan, mengingat Indonesia menjadi negara kedua di dunia dengan kasus TBC terbanyak setelah India.
Disamping itu, ada pun kasus DBD yang saat ini sedang mendapat penanganan serius. Untuk di Kaltim saat ini penyebaran kasus DBD tertinggi berada di Balikpapan.
Namun, Dinkes Kaltim dalam hal ini telah mengambil langkah antisipasi guna menekan peningkatan kasus. Upaya tersebut dilakukan melalui vaksinasi DBD hingga pengembangbiakan nyamuk Wolbachia.
“Kita belum merdeka dalam kasus TBC, terbesar stelah india, kemudian DBD, sesuai ketentuan WHO itu harus di bawah 10/100 ribu penduduk, pilot project nya nyamuk Wolbachia itu dan vaksinasi DBD di Balikpapan,” tutur Jaya di Samarinda.
Disampaikan Jaya, melalui pilot project vaksinasi DBD dan pengembangan nyamuk Wolbachia akan membawa dampak positif bagi penanggulangan DBD di Kaltim.
Karena, vaksinasi DBD melalui vaksin Qdenga dinilai memiliki efektivitas yang tinggi dan bisa diberikan mulai usia anak-anak. Sementara untuk pengembangbiakan Wolbachia di Bontang kini sedang tahap proses.
Namun, jika project ini berhasil maka kasus DBD di Kaltim tidak akan berbahaya lagi akibat virus dengue yang ter netralisir oleh Wolbachia.
Sementara untuk TBC, Dinas Kesehatan Kaltim, pada tahun 2021 tercatat sebanyak 5.010 kasus TBC. Namun, data per Oktober 2022 menunjukkan bahwa kasus TBC di Kalimantan Timur masih rendah, yaitu hanya mencapai 74% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2022, tercatat 42 kasus TBC RO, yang kemudian meningkat menjadi 62 kasus. Tingkat keberhasilan pengobatan TBC pada tahun 2022 masih rendah, yaitu sebesar 44%.
Directly Observed Treatment Strategy (DOTS) menjadi strategi dalam penanggulangan Tuberkulosis yang terdiri dari 5 (lima) strategi yaitu komitmen dalam mendukung pengobatan TBC sampai tuntas, pendiagnosaan TBC melalui pemeriksaan bakteriologis, pendampingan Pengawas Menelan Obat (PMO) untuk menjamin kesembuhan, dan penyediaan obat TBC yang terjamin baik kualitas maupun kuantitas, serta pencatatan dan pelaporan kasus TBC yang baik.(AG / ADV Dinas Kesehatan Provinsi Kaltimantan Timur)