Persepsinews, Samarinda – Penemuan metode deteksi kanker serviks dengan memanfaatkan DNA virus HPV dalam urine dinilai lebih nyaman dan praktis untuk deteksi dini.
Metode yang terbilang baru ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam upaya penanggulangan penyakit ini ditengah rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap pencegahan penyakit tersebut.
Guna meningkatkan upaya pencegahan, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim dr Jaya Mualimin mengatakan, pihaknya sudah memiliki rencana di tahun ini untuk melakukan pengadaan terkait penyediaan alat Kit diagnostik berbasis qPCR yang dapat digunakan untuk mendeteksi 14 tipe HPV yang berisiko tinggi menyebabkan kanker serviks di seluruh faskes yang ada.
“Iya akan ada di seluruh faskes, makanya tahun 2024 ini kita akan berusaha melakukan pengadaan, kalau memang dananya kurang dita akan minta bantu usul ke DPR,” tutur Jaya.
Percepatan pencegahan penyakit ini dilatarbelakangi jumlah kasus kanker serviks atau kanker leher rahim di Indonesia yang menempati urutan kedua terbesar setelah kanker payudara. Data Globocan atau Global Burden of Cancer Study menunjukkan terdapat 36.633 kasus baru serta 21.003 kematian akibat kanker serviks pada 2020 di Indonesia. Itu berarti ada 50 kasus kanker serviks yang terdeteksi setiap hari dengan lebih dari dua kematian setiap jam.
Oleh karna itu, penggunaan metode HPV DNA untuk skrining kanker serviks telah direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Metode ini dianjurkan sebagai metode skrining utama karena hasil dari pemeriksaan bisa mendeteksi kanker serviks lebih dini dibandingkan dengan pemeriksaan IVA maupun pap smear.
Alternatif pemeriksaan HPV DNA untuk pemeriksaan kanker serviks dengan menggunakan sampel urine seharusnya bisa meningkatkan cakupan skrining dan deteksi dini kanker serviks di masyarakat.
“Melalui metode ini penyakit kanker serviks khususnya di Kaltim bisa diminimalisir,” harapnya. (Ozn)