Persepsinews.com, Jakarta – Momen keakraban antara Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Anies Baswedan saat malam tahun baru 2025 di Balai Kota Jakarta mencuri perhatian publik. Pertemuan dua mantan rival Pilkada DKI Jakarta 2017 itu menjadi bukti bahwa dalam politik, tidak ada musuh abadi, hanya kepentingan yang abadi.
Direktur Eksekutif Sentral Politika, Subiran Paridamos, menyebut rekonsiliasi ini adalah hal lumrah dalam dinamika politik.
“Logika dasar perilaku politik adalah tidak ada kawan sejati dan tidak ada musuh abadi. Semua bergantung pada kepentingan yang sedang diperjuangkan,” ujarnya, Sabtu (4/1).
Malam itu, Anies dan Ahok tidak hanya bertemu dengan sesama mantan gubernur DKI Jakarta, seperti Sutiyoso dan Fauzi Bowo, tetapi interaksi hangat keduanya menjadi pusat perhatian. Anies dan Ahok dikenal memiliki basis pendukung yang berbeda dan sering diasosiasikan dengan dua kutub politik yang berseberangan.
Namun, rekonsiliasi antar tokoh politik bukanlah fenomena baru. Subiran mencontohkan hubungan Megawati dengan SBY dan Prabowo, hingga rivalitas Jokowi dan Prabowo yang akhirnya bersatu di Pilpres 2024.
“Anies dan Ahok dulunya rival pada Pilkada 2017. Kini, mereka justru berada di kubu yang sama mendukung pasangan Pramono-Rano di Pilkada 2024,” tambah Subiran.
Menurutnya, keakraban ini terjadi karena persamaan visi politik untuk menghadapi rival yang lebih besar, yakni kekuatan yang diusung oleh kubu Prabowo dan Jokowi.
Anies dan Ahok kini dipandang sebagai simbol kolaborasi lintas kubu, yang berpotensi membentuk kekuatan politik baru.
“Kita penasaran seperti apa kekuatan yang bisa lahir dari persatuan dua tokoh ini,” tutup Subiran. (Red)