Persepsinews.com, Ujoh Bilang – Aksi mogok massal guru di Mahakam Ulu (Mahulu) mengakibatkan seluruh sekolah lumpuh total. Para guru memprotes kebijakan kenaikan Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) yang dianggap tidak adil dan diskriminatif terhadap tenaga pengajar, terutama Pegawai Tidak Tetap (PTT).
Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Mahakam Ulu, Margaretha Ulan, menyatakan bahwa draft kenaikan tunjangan tidak mengakomodasi hak-hak guru, sehingga memicu gelombang protes.
“Dari draft tersebut ada ketidakadilan kepada para guru. Ini terkait tunjangan kenaikan, namun di pihak guru tidak ada kenaikan sama sekali. Saat kita melaksanakan RDP (rapat dengar pendapat), ternyata itu bukan lagi sekadar draft, tapi sudah diusulkan sebagai anggaran di 2025,” ungkap Margaretha, Kamis (15/2/2025).
Aksi mogok ini berdampak besar pada proses pendidikan. Kepala SDN 001 Ujoh Bilang, Florentina, menyayangkan kondisi ini karena menghambat kegiatan belajar mengajar.
“Sekolah ditutup ini ada dampaknya terhadap siswa. Tapi kami sudah cukup bersabar mengenai hal ini. Kami benar-benar mengalami kesenjangan dengan ASN lain,” ujarnya.
Para guru menegaskan bahwa mereka hanya menuntut keadilan, terutama jika ASN lain menerima kenaikan tunjangan.
“Kami meminta kejelasan dari pemangku kebijakan di pemerintah. Aksi mogok ini terjadi di seluruh sekolah Kabupaten Mahulu dan tidak bisa dibendung lagi. Kami hanya ingin keadilan. Kalau semua ASN mendapatkan kenaikan, maka jangan lupakan teman-teman guru,” tambah Margaretha.
Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah daerah terkait tuntutan guru. Jika tuntutan mereka tidak segera diakomodasi, aksi mogok ini berpotensi berlanjut dan berdampak panjang terhadap kualitas pendidikan di Mahakam Ulu. (Red)