Persepsinews.com, Samarinda – Peredaran narkoba di Kalimantan Timur kembali menampakkan wajah barunya. Kali ini, jaringan pengedar lintas negara semakin berani melibatkan warga negara asing dan perempuan sebagai kurir, dengan modus penyelundupan yang kian licin dan berbahaya.
Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur (BNNP Kaltim) memusnahkan barang bukti narkotika seberat 4,5 kilogram, yang terdiri atas sabu dan ganja, hasil dari sejumlah pengungkapan kasus besar dalam beberapa pekan terakhir. Pemusnahan dilakukan Jumat (10/7/2025) di Kantor BNNP Kaltim.
“Empat tersangka kami amankan. Dua membawa ganja, dua lainnya membawa sabu. Yang sabu berasal dari dua warga negara Malaysia,” ungkap Brigjen Pol Rudi Hartono, Kepala BNNP Kaltim.
Barang haram itu dibawa dengan cara yang tidak biasa. Ganja dikirim melalui paket yang diprofil dari jaringan pengedar di Medan, sedangkan sabu dibawa langsung melekat di tubuh para pelaku asal Malaysia. Masing-masing menyembunyikan 1 kilogram sabu di badannya. Bahkan, seorang perempuan asal Aceh nekat menyembunyikan 0,5 kilogram sabu di bagian intim tubuhnya.
“Mereka bisa lolos dari Malaysia, kemungkinan besar karena alat X-ray bandara rusak atau pengawasan lemah,” ujar Rudi.
BNNP mencatat, kini makin banyak perempuan dan warga asing yang direkrut sebagai kurir. Menurut Brigjen Rudi, sekitar 10 hingga 12 persen kurir narkoba yang tertangkap adalah perempuan.
“Banyak dari mereka terlilit masalah ekonomi, utang pinjol, atau tekanan keluarga. Mereka mencari jalan pintas dan akhirnya terjerat sebagai kurir,” jelasnya prihatin.
Brigjen Rudi juga menyoroti lemahnya sistem pengawasan bandara, terutama terhadap penumpang luar negeri yang masuk melalui jalur domestik.
“Ini harus jadi perhatian bersama. Jalur masuk ke Kalimantan Timur sudah digunakan berbagai jaringan, dari Jakarta, Medan, Aceh, hingga langsung dari Malaysia,” tegasnya.
BNNP kini telah menempatkan personel di bandara utama seperti Balikpapan, dan sedang menyiapkan ruang interdiksi di Bandara Samarinda. Kerja sama juga terus dibangun dengan Bea Cukai dan Polri.
Dengan meningkatnya keterlibatan WNA dan perempuan sebagai kurir, BNNP Kaltim menilai fenomena ini sebagai alarm serius. Mereka menegaskan akan terus memperluas operasi pengawasan dan penyelidikan terhadap jaringan narkoba lintas negara.
“Ini sudah bukan sekadar masalah perorangan. Ini kejahatan transnasional. Kami akan kejar jaringannya hingga ke akar,” tegas Brigjen Rudi Hartono.
Sebelum dimusnahkan, semua barang bukti telah melewati proses uji laboratorium. Pengelola laboratorium BNNP Kaltim, Lusiana Rosadi, menjelaskan bahwa uji screening menggunakan metode Marki, Mandelin, dan Simon menunjukkan hasil positif sabu. Sementara tes ganja dilakukan dengan metode Garam Paslu dan Natrium Hidroksida, yang juga menunjukkan hasil positif.
“Tes ini memperkuat bukti hukum dan memastikan barang yang kami musnahkan benar-benar narkotika,” jelas Lusiana.
Salah satu pelaku, Hafizul, warga Malaysia yang kini ditahan, mengaku hanya menjadi kurir karena ingin membiayai operasi jantung. Ia mengantongi upah hingga 10 ribu ringgit (sekitar Rp35 juta) untuk satu kali perjalanan ke Kalimantan Timur.
“Saya baru sekali. Naik AirAsia dari Malaysia. Saya butuh biaya berobat,” ucapnya kepada petugas. (Nto)