
Persepsinews.com, Samarinda – Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) memfokuskan upaya pengentasan kemiskinan dengan mengadopsi pendekatan yang holistik, terstruktur, dan berkelanjutan.
Strategi ini dirancang untuk memastikan keluarga miskin yang terdaftar dapat keluar dari jurang kemiskinan secara permanen, dengan titik berat pada program pemberdayaan ekonomi produktif.
Kepala Dinas Sosial Kaltim, Andi Muhammad Ishak, menjelaskan bahwa strategi pengentasan kemiskinan di Kaltim saat ini berdiri di atas tiga pilar utama yang saling menguatkan.
Pilar pertama adalah mengurangi beban pengeluaran, yang dilakukan melalui bantuan langsung seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan bantuan sembako untuk menopang kebutuhan dasar.
Pilar kedua adalah menambah pendapatan, diwujudkan melalui Program Bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) yang dikelola langsung oleh Dinsos, berfokus pada kick-start usaha.
Dan yang terakhir yaitu mengurangi kantong-kantong kemiskinan, melalui perbaikan sarana dan prasarana dasar, seperti rehabilitasi rumah, sanitasi, dan penyediaan air bersih, yang dilakukan melalui kolaborasi intensif dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) teknis seperti Dinas Pekerjaan Umum (PU).
Dirinya menekankan bahwa kolaborasi antarsubstansi ini menjadi kunci sukses program pengentasan kemiskinan yang terintegrasi.
“Pendekatan ini menjamin intervensi tidak sporadis. Kami tidak hanya memberikan ikan, tetapi juga memperbaiki lingkungan hidup dan memberikan kail yang kuat,” jelas Andi Ishak,
Andi Muhammad Ishak menekankan bahwa program pemberdayaan ekonomi Dinsos dirancang untuk meminimalkan risiko kegagalan.
Bantuan yang diberikan bukan berupa uang tunai, melainkan paket lengkap bahan baku dan peralatan yang siap pakai. Pendekatan ini dipilih secara spesifik untuk meminimalkan risiko penggunaan dana di luar kepentingan usaha dan memaksimalkan kick-start usaha di hari pertama.
“Kaitannya dengan pemberdayaan ekonomi, kita memberikan bantuan berupa barang dan bahan. Ini adalah skema yang kami pilih karena lebih mudah dipantau dan secara langsung menciptakan alat produksi bagi penerima,” tegasnya.
Sebagai contoh, bagi penerima yang ingin membuka usaha di sektor gorengan atau makanan ringan, Dinsos akan menyiapkan secara lengkap: mulai dari bahan baku awal (tepung, minyak, dan bahan luahan) hingga peralatan vital (kompor, gas, wajan, dan sutil).
“Jadi mereka betul-betul tinggal membeli bahan utama seperti pisang atau sayuran. Ini berarti kita fokus pada usaha-usaha yang mudah, yang tidak memerlukan pelatihan skill panjang untuk bisa segera memulai dan menghasilkan,” tambahnya.
Sasaran utama program ini adalah Kelompok Penerima Manfaat (KPM) yang terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), khususnya desil 1 hingga maksimal desil 5, yang telah memiliki embrio atau cikal bakal usaha.
Menurut Andi Ishak, banyak dari kelompok ini yang pernah memiliki usaha, namun terpaksa gulung tikar karena dampak pandemi atau keterbatasan modal untuk memulai kembali.
Untuk tahun 2025, Dinsos Kaltim telah menetapkan target penerima yang signifikan. Awalnya, target penerima program pemberdayaan ekonomi adalah 1.500 orang, namun melalui APBD Perubahan, terdapat tambahan 180 penerima, sehingga total penerima tahun ini mencapai 1.680 orang.
Bantuan ini didistribusikan secara merata di sepuluh kabupaten/kota di Kaltim.
Andi Ishak optimistis bahwa pendekatan bantuan sekali beri (one-off intervetion) yang dilengkapi dengan pelatihan teknis pengelolaan usaha dan pendampingan pasca-penyaluran ini akan berhasil.
“Kami pikir pendekatan ini lebih kontinu, kontinuitasnya lebih terjamin, dan memaksimalkan agar mereka dapat keluar dari kemiskinan secara permanen. Program UEP ini adalah solusi exit strategy yang berkelanjutan bagi keluarga miskin,” pungkasnya. (CIN/Adv/Diskominfokaltim)













