
Persepsinews.com, Samarinda – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) memperkuat langkah preventif untuk menjamin keamanan dan ketahanan pangan daerah. Strategi terbaru Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura (DPTPH) Kaltim kini dipusatkan pada upaya edukasi dan perubahan perilaku petani di tingkat hulu.
Langkah ini dianggap lebih efektif dalam menekan risiko kontaminasi bahan kimia berbahaya dibandingkan hanya mengandalkan pengujian akhir di laboratorium.
Kepala DPTPH Kaltim, Siti Farisyah Yana, menegaskan bahwa upaya perlindungan pangan adalah investasi jangka panjang untuk kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Kaltim.
“Kita harus menjaga generasi muda. Mereka adalah Generasi Emas yang perlu dilindungi sejak dini, termasuk dari risiko bahan kimia berbahaya dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari,” katanya.
Yana menyebut bahwa beberapa tokoh muda, seperti Dini Ramadhani, Joss Hall, dan Akilah Nazwa, sering menyuarakan pentingnya keamanan pangan bagi masa depan anak-anak.
Yana menggarisbawahi, bahwa hal ini perlu menjadi kesadaran publik yang tinggi terhadap isu tersebut.
Menurut Yana, persoalan terbesar yang dihadapi Kaltim selama ini adalah penggunaan pestisida yang tidak terkontrol, terutama pada fase kritis menjelang masa panen.
Banyak petani yang belum sepenuhnya memahami batas aman residu (Maximum Residue Limit), sehingga produk yang dihasilkan rentan mengandung bahan kimia melebihi ambang batas yang ditetapkan.
“Kami menemukan berbagai kasus, mulai dari pestisida berlebih pada sayuran lokal hingga isu buah impor yang mengandung zat berbahaya. Karena itu, edukasi adalah kunci untuk memutus rantai risiko tersebut di sumbernya,” tegasnya.
Program edukasi DPTPH dirancang komprehensif, mencakup pelatihan mendalam mengenai tata cara penggunaan pestisida yang tepat, pentingnya masa hening sebelum panen (withdrawal period), hingga teknik penyimpanan produk pangan pasca-panen yang higienis.
“Selain pelatihan, DPTPH juga akan melakukan inspeksi mendadak dan rutin di berbagai sentra produksi pangan utama di Kaltim,” tutur Yana.
Yana menjelaskan bahwa langkah preventif ini akan berjalan beriringan dengan pembangunan infrastruktur penunjang, seperti laboratorium keamanan pangan modern yang ditargetkan beroperasi penuh pada tahun 2027.
Namun, ia menekankan bahwa keberadaan laboratorium tidak boleh dianggap sebagai solusi tunggal.
“Laboratorium memang membantu menguji dan menjadi quality control terakhir, tapi pencegahan harus dimulai di kebun. Jika perilaku petani sudah benar, risiko kontaminasi dan kegagalan uji laboratorium bisa ditekan jauh hingga batas minimal,” jelasnya.
Edukasi preventif ini juga merupakan bagian penting dari persiapan Kalimantan Timur untuk mengemban peran sebagai lumbung pangan regional sekaligus wilayah penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Tugas kami bukan hanya memproduksi pangan secara kuantitas, tapi memastikan pangan itu aman, sehat, dan berkualitas. Ini adalah investasi langsung kita untuk membentuk Generasi Emas Kaltim yang cerdas dan bebas dari keracunan bahan kimia,” tutupnya.(CIN/Adv/Diskominfokaltim)













