
Persepsinews.com, Samarinda – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menunjukkan kinerja investasi yang sangat impresif, mencerminkan kepercayaan tinggi dari investor global terhadap masa depan daerah sebagai serambi Ibu Kota Nusantara (IKN).
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltim, Fahmi Prima Laksana, mengungkapkan bahwa realisasi investasi yang tercatat dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah mencapai angka yang fantastis.
Angka realisasi investasi Kaltim telah menembus Rp70,43 triliun dan telah dirilis untuk tahun 2025, yang merupakan indikasi kuat dari potensi pertumbuhan ekonomi daerah.
Fahmi Laksana menjelaskan bahwa pencapaian angka puluhan triliun rupiah ini didukung oleh strategi aktif Kaltim dalam menarik modal asing, salah satunya melalui diplomasi dan inisiatif sister province.
Upaya ini terbukti efektif dalam menjaring minat serius dari berbagai negara. “Salah satunya apa yang disampaikan Wagub tadi. Kita melakukan kunjungan ke luar negeri kan karena kita diundang kan. Karena kita sister province itu banyak pengusaha-pengusaha dari Tiongkok itu berminat,” ungkap Fahmi.
Minat yang tinggi ini ditunjukkan dengan kedatangan para pengusaha dari Tiongkok ke Kaltim untuk meninjau langsung dan mencari potensi-potensi yang bisa mereka kembangkan.
Kaltim secara terbuka menegaskan bahwa Tiongkok menjadi pemain utama dalam peningkatan investasi daerah. Fahmi Laksana menyoroti dominasi minat investasi dari Negeri Tirai Bambu tersebut, yang menunjukkan ambisi besar mereka di Kaltim.
“Memang yang punya sedikit berambisi untuk meningkatkan investasi di Kaltim ini memang dari Tiongkok ya,” tegas Fahmi.
Pergeseran fokus investasi di Kaltim juga sangat terasa, sejalan dengan tren global dan komitmen pemerintah terhadap ekonomi hijau.
Minat investasi yang masuk kini terkonsentrasi pada sektor-sektor berkelanjutan. Sektor yang paling diminati oleh para investor, khususnya dari Tiongkok, adalah Energi Terbarukan (EBT), terutama proyek-proyek yang berkaitan dengan kelistrikan.
“Selain EBT, sektor non-tradisional lain yang juga menarik minat serius adalah peternakan ayam,” pungkas Fahmi.
Kecenderungan ini menggarisbawahi upaya Kaltim untuk melakukan diversifikasi ekonomi secara fundamental, tidak lagi hanya bergantung pada sektor ekstraktif seperti batu bara dan migas, melainkan bergeser secara strategis menuju sektor hijau dan pangan.
Komitmen terhadap realisasi investasi yang mencapai puluhan triliun rupiah ini menjadi modal besar bagi Kaltim dalam mewujudkan visi pembangunan yang merata, inklusif, dan berdaya saing di masa depan. (CIN/Adv/Diskominfokaltim)













