
Persepsinews.com, Samarinda – Penurunan prestasi sepak bola Kalimantan Timur menjadi isu utama yang harus segera dibenahi, terutama menjelang agenda olahraga besar seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024.
Menanggapi situasi ini, Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) Kalimantan Timur, Muhammad Faisal, menyampaikan pandangan yang memadukan optimisme masa lalu dengan realisme masa kini.
Setelah dilaksanakannya rapat kerja atau ordinary congress PSSI Kaltim, Faisal menekankan bahwa momentum konsolidasi ini adalah kesempatan emas untuk melakukan perbaikan fundamental, mulai dari mekanisme pembinaan hingga tata kelola organisasi, apalagi di tengah tantangan anggaran yang kian ketat.
Faisal menilai bahwa pelaksanaan agenda rapat kerja PSSI merupakan langkah yang sangat progresif dan berfungsi sebagai penanda vital bagi arah kemajuan sepak bola di tingkat provinsi.
Menurutnya, hal pertama dan paling penting yang harus dilakukan pasca-kongres adalah menyelaraskan regulasi dari pusat ke tingkat daerah.
“Pertama tentu saja berharap statuta, peraturan-peraturan dari pusat bisa disosialisasikan ke daerah, ke kabupaten kota,” ujar Faisal.
Dirinya menegaskan bahwa harmonisasi ini adalah momen krusial untuk memperbaiki dan menertibkan tata kelola organisasi PSSI secara keseluruhan.
Selain sosialisasi aturan baru, Faisal juga mendesak penguatan konsolidasi internal. “Mudah-mudahan ada konsolidasi untuk memperbaiki atau menguatkan kembali PSSI Kaltim,” tambahnya.
Untuk itu, dirinya menekankan bahwa penguatan struktur dan visi organisasi adalah prasyarat mutlak untuk mencapai prestasi.
Namun, fokus Kadispora beralih ke kontras tajam antara kejayaan Kaltim di masa lalu dan kondisi prestasi saat ini. Faisal secara retoris mempertanyakan mengapa sepak bola Kaltim kini kesulitan meraih sukses, padahal pernah mencicipi medali emas.
“Tadi Pak Roni sudah menjelaskan, kita pernah dapat emas. Betul. Kenapa jadi susah nih sekarang?” tanya Faisal.
Ia berharap pengurus PSSI Kaltim dapat mengidentifikasi akar permasalahan melalui analisis mendalam.
Menurutnya, evaluasi tersebut harus mencakup seluruh aspek manajemen. Faisal merinci bahwa perbaikan tidak bisa parsial.
“Apakah sistem tata kelola kepengurusan yang harus dibenahi, atau sistem rekrutmen yang harus dibenahi, atau sistem liga kompetisi yang harus diperbaiki, atau rekrutmen pemain tim inti yang harus diperbaiki.” tuturnya.
Keputusan mendasar dari evaluasi ini harus segera diambil demi mempersiapkan diri menghadapi agenda besar seperti Babak Kualifikasi (BK), Pekan Olahraga Provinsi (Porprov), hingga PON 2024.
Di samping tantangan teknis dan organisasi, Faisal mengakui adanya hambatan fundamental terkait pendanaan. Ia menyadari bahwa tantangan akan bertambah sulit di saat anggaran semakin menipis.
Kondisi ini menuntut para pengurus PSSI untuk menunjukkan tingkat kreativitas dan inovasi yang tinggi.
“Jadi pengurus harus tambah kreatif bagaimana dengan anggaran yang kecil lah ya, anggaran yang berkurang ini, tapi tetap bisa menghasilkan prestasi yang baik,” tegasnya.
Faisal juga memberikan pemakluman kepada masyarakat mengenai alokasi anggaran yang ketat. Ia menepis anggapan bahwa pemerintah sengaja mengabaikan sektor olahraga, melainkan karena semua pembagian dana dilakukan berdasarkan skala prioritas yang ketat.
“Kita harus maklumi, bukan pemerintah tidak apa ya, pilih kasih melupakan olahraga atau mengorbankan sektor olahraga, saya kira tidak. Semua dibagi dengan sedih, bukan dibagi rata, dibagi dengan, sesuai dengan skala prioritasnya,” jelasnya.
Meskipun demikian, ia menutup dengan semangat juang, mengingatkan bahwa sepak bola membawa kehormatan daerah.
“Bola ini walaupun medalinya cuma satu, tapi kan gengsi, marwah daerah kan di sini. Nah, kenapa kita enggak bisa mengulang lagi seperti itu,” pungkasnya.
Diakhir dirinya, menyarankan agar PSSI Kaltim segera memanggil kembali tokoh-tokoh sukses masa lalu untuk mempelajari dan mengadaptasi strategi yang pernah menghasilkan medali emas. (CIN/Adv/Diskominfokaltim)












