Persepsinews.com, Samarinda – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) terkait program penanggulangan malaria di wilayah Kaltim.
Acara yang berlangsung di Hotel Amaris Samarinda pada Sabtu (2/11/2024) ini bertujuan untuk memastikan pelaksanaan Program Pengendalian Malaria (PPM) berjalan sesuai standar pelayanan kesehatan serta menilai kesiapan jejaring layanan malaria di rumah sakit tingkat provinsi.
Monitoring dan Evaluation Junior dari Global Fund Komponen Malaria Kaltim, Anindya Monika Putri, menyampaikan bahwa tingkat keberhasilan pengobatan malaria di Kaltim masih berada di angka 88 persen, sedikit di bawah target nasional sebesar 95 persen.
“Berdasarkan sismal dari Kemenkes, pengobatan malaria di Kaltim ini masih belum memenuhi standar karena masih sekitar 88 persen, sementara target nasional harus berada di 95 persen,” ungkapnya.
Kegiatan monev ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk tenaga kesehatan, manajer rumah sakit, serta stakeholder terkait. Mereka diberi pembekalan tentang tata laksana pengendalian malaria serta berbagi pengalaman dalam menghadapi berbagai tantangan di lapangan. Dalam kesempatan ini, Dinkes Kaltim juga mengundang Dr. Carta A Gunawan dari RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda untuk berbicara tentang situasi malaria di Kaltim.
Menurut Dr. Carta, Kalimantan Timur masuk dalam empat besar wilayah dengan kasus malaria tertinggi di Indonesia, bersama dengan Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ia menyoroti wilayah Penajam Paser Utara (PPU) sebagai area dengan tingkat kasus malaria tertinggi di provinsi tersebut.
“Kalau saya lihat di Kaltim itu ya ada satu titik yang kejadiannya tinggi yakni di PPU. Kaltim ini masuk dari 4 provinsi tertinggi di Indonesia di antaranya Papua, Papua Barat, NTT, dan Kaltim,” ujar Dr. Carta. (Ozn/ Adv Dinkes Kaltim)