Persepsinews.com, Kukar – Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada tahun 2023, Kalimantan Timur (Kaltim) menempati peringkat kedua dengan tingkat prevalensi depresi tertinggi di Indonesia, mencapai 2,2%. Posisi pertama ditempati oleh Jawa Barat dengan angka prevalensi sebesar 3,3%.
Data ini menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental di Kaltim semakin mengkhawatirkan, khususnya di kalangan remaja dan pemuda.
Anggota DPRD Kutai Kartanegara (Kukar), Sopan Sopian, yang saat ini menduduki di Komisi IV, memberikan tanggapan terkait tingginya angka depresi di Kaltim.
Menurutnya, salah satu penyebab yang mungkin berkontribusi pada kondisi ini adalah kecenderungan para pemuda yang lebih banyak menutup diri dan menghindari interaksi sosial langsung.
“Kemungkinan banyak pemuda yang tidak menemukan jati diri karena terlalu banyak menutup diri terhadap orang lain. Hal ini juga ada kaitannya dengan pengaruh media sosial saat ini, di mana mereka lebih aktif di dunia maya daripada di lingkungan sosial nyata,” ujar Sopian, pada Selasa (12/11/2024).
Dengan adanya kasus seperti ini, dirinya mengusulkan adanya layanan psikolog di setiap kecamatan sebagai langkah preventif dan solutif untuk mengatasi permasalahan kesehatan mental, khususnya depresi di kalangan remaja.
Menurutnya, keberadaan psikolog di tingkat kecamatan dapat menjadi wadah bagi para pemuda untuk mendapatkan dukungan dan bimbingan yang tepat.
“Saya menyarankan di setiap kecamatan memiliki wadah psikolog untuk menangani hal-hal seperti depresi pada remaja,” ucapnya.
Lebih lanjut, politisi Partai Gerinda itu menyoroti, dampak negatif yang kerap muncul ketika para pemuda tidak memiliki tempat untuk mencurahkan perasaan dan mencari solusi atas permasalahan mereka.
Hal ini, katanya, dapat membuat mereka melampiaskan emosi dengan cara yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
“Saat ini banyak kasus di mana pemuda melampiaskan masalah mereka ke hal-hal negatif, seperti mengonsumsi minuman keras, bahkan hingga mencoba mengakhiri hidup atau melakukan tindakan kekerasan akibat depresi dan amarah,” paparnya.
Sopian berharap, keberadaan psikolog di tingkat kecamatan dapat membantu para remaja dan pemuda dalam mengatasi masalah mereka dengan cara yang lebih positif dan konstruktif.
“Kembali lagi, saya berharap di setiap kecamatan ada psikolog anak yang dapat menangani dan mengontrol perkembangan anak-anak zaman sekarang,” tutupnya.