Persepsinews.com, Samarinda – Tekanan efisiensi anggaran tak membuat Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kalimantan Timur surut langkah. Justru di tengah keterbatasan fiskal, instansi ini memilih untuk mengalihkan energi dan sumber daya pada kegiatan yang lebih menyentuh akar kebutuhan pemuda: pendidikan ideologi, ekonomi kreatif, dan pemberdayaan organisasi sosial.
Hasbar, Analis Kebijakan Ahli Muda Dispora Kaltim, menyatakan bahwa pihaknya secara sadar memangkas kegiatan-kegiatan seremoni yang tidak bersentuhan langsung dengan kehidupan pemuda. Sebaliknya, Dispora justru menguatkan program-program yang berdampak jangka panjang.
“Kami arahkan ulang fokus. Kegiatan yang hanya simbolik kami tahan dulu. Yang langsung membangun kapasitas pemuda tetap jalan,” ungkap Hasbar, belum lama ini.
Lanjutnya, setidaknya ada lima program besar yang tetap dilanjutkan tahun ini. Di antaranya: sosialisasi pemberdayaan organisasi sosial masyarakat di 10 kabupaten/kota dengan target 2.200 peserta, penguatan ideologi Pancasila, moderasi beragama, festival kreativitas pemuda tingkat nasional, hingga pelatihan digital marketing, di Kutai Barat dan Kabupaten Paser.
“Kami tetap ingin membentuk pemuda yang paham nilai Pancasila, toleran, dan punya kemampuan adaptif menghadapi tantangan zaman, terutama secara ekonomi,” tutur Hasbar.
Program-program itu disebut Hasbar sebagai bentuk komitmen Dispora terhadap penguatan kapasitas generasi muda, bukan sekadar mengejar kehadiran di acara seremonial atau mengejar target fisik kegiatan semata.
Efisiensi yang dimaksud, menurutnya, justru menjadi peluang untuk mengukur ulang efektivitas anggaran. Alih-alih mengurangi makna pelayanan publik, penyesuaian ini malah mendorong birokrasi yang lebih strategis dan berdampak.
“Efisiensi bukan berarti kita berhenti. Justru ini ujian apakah kita benar-benar bekerja untuk kebutuhan masyarakat atau hanya sekadar memenuhi kalender acara,” tegasnya.
Reposisi prioritas ini dinilai krusial, terutama karena pemuda Kaltim dihadapkan pada tantangan ganda: derasnya arus ideologi transnasional yang mengikis nasionalisme, serta tantangan ekonomi yang memerlukan keterampilan baru berbasis teknologi dan kewirausahaan.
Hasbar juga memastikan bahwa meskipun target peserta dalam beberapa kegiatan bisa saja sedikit dikurangi, kualitas pelaksanaan dan pemilihan materi tetap dijaga. Prinsipnya, lebih baik sedikit tapi berdampak, daripada ramai namun tidak menyentuh esensi.
“Kami optimalkan sumber daya yang ada, agar kegiatan benar-benar terasa manfaatnya. Bukan hanya jadi laporan tahunan, tapi jadi bekal hidup bagi pemuda,” pungkasnya.
Dalam situasi fiskal yang terbatas, langkah Dispora Kaltim menjadi cermin bagaimana institusi publik tetap bisa hadir secara substansial, bukan dengan gegap gempita acara, tetapi dengan kerja senyap yang membangun dari dasar. (Adv/Ehd)