Persepsinews.com, Samarinda – Para pelajar dan mahasiswa di Kalimantan Timur (Kaltim) menaruh harapan besar pada program Beasiswa Kaltim Tuntas sebagai jalan untuk melanjutkan studi.
Namun, pengumuman hasil seleksi yang menyatakan banyak pendaftar “ditolak” memicu gelombang kekecewaan, yang mereka sampaikan melalui komentar di akun Instagram resmi Beasiswa Kaltim.
Menanggapi reaksi tersebut, Akademisi Universitas Mulawarman (Unmul) sekaligus pengamat ekonomi, Purwadi, menyatakan bahwa proses seleksi penerima Beasiswa Kaltim Tuntas perlu perbaikan. Menurutnya, penting untuk menghadirkan terobosan baru yang menjamin seleksi lebih transparan dan adil.
Purwadi mengusulkan adanya verifikasi faktual terhadap pendaftar, terutama bagi mereka yang mengajukan beasiswa dengan jalur tidak mampu. Verifikasi ini, menurutnya, harus dilakukan secara langsung, tidak hanya berdasarkan data, tetapi juga melalui pengecekan di lapangan oleh tim yang independen.
“Proses verifikasi sebaiknya tidak hanya menggunakan sampling. Tim independen dari kampus bisa dilibatkan untuk memastikan proses ini berjalan tanpa intervensi politik atau titipan dari pihak mana pun,” ujar Purwadi, Minggu (15/9/2024).
Ia menambahkan bahwa pemerintah daerah memiliki struktur yang mendukung untuk melakukan verifikasi faktual hingga ke tingkat akar rumput, seperti kelurahan dan kecamatan. Dengan pendekatan ini, Purwadi berharap isu titipan atau manipulasi data dapat dihindari.
Selain itu, Purwadi juga menyoroti tantangan infrastruktur, khususnya di daerah terpencil. Banyak daerah di Kaltim yang masih kesulitan mengakses jaringan internet, yang menjadi kendala dalam proses pendaftaran online beasiswa.
“Sebelum menerapkan seleksi online secara menyeluruh, perlu dipastikan infrastruktur jaringan sudah memadai. Jangan sampai ada calon penerima beasiswa yang terkendala hanya karena jaringan internet yang tidak stabil,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa Kalimantan Timur, dengan kekayaan alam yang melimpah, seharusnya mampu memberikan akses pendidikan yang lebih merata, termasuk dalam penyediaan beasiswa. Untuk itu, perbaikan infrastruktur dan proses seleksi yang lebih transparan harus menjadi prioritas.
Merespons kekecewaan pendaftar yang dinyatakan tidak lolos, Purwadi menilai hal tersebut sebagai bentuk ekspresi yang wajar.
“Ini adalah respons alami dari mereka yang sangat berharap bisa melanjutkan pendidikan. Namun, perlu adanya perbaikan sistem agar lebih transparan dan adil di masa depan,” tutupnya. (Red)