Persepsinews.com, Samarinda – Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Samarinda, Desi Damayanti, kembali menjadi sorotan publik setelah beberapa kali mangkir dari panggilan DPRD Samarinda.
Ketidakhadirannya dalam pembahasan soal upah puluhan pekerja proyek Teras Samarinda yang belum dibayarkan, menimbulkan pertanyaan di kalangan pekerja dan masyarakat.
Isu ini semakin ramai diperbincangkan setelah video Desi yang enggan memberikan komentar dan menghindari awak media dalam acara ramah tamah dan buka puasa bersama Pemkot Samarinda di GOR Segiri, Senin (03/03/2025), viral di media sosial.
Wali Kota Samarinda, Andi Harun, akhirnya buka suara mengenai alasan di balik absennya Desi Damayanti dalam beberapa panggilan resmi.
“Ibu Desi itu sedang menderita sebuah penyakit yang saya tidak boleh sebut, dan saya memberi izin itu paling tidak dua kali sebulan dia berobat,” ujar Andi Harun, saat diwawancarai usai acara ramah tamah, Senin (03/03/2025) malam.
Ia menegaskan bahwa penyakit yang diderita Desi cukup berat dan masih dalam proses pengobatan intensif.
“Sebelum puasa, dia menyampaikan kepada saya, pak wali, datang menghadap secara khusus kepada saya. Sepertinya dalam tiga bulan terakhir ke depan saya mungkin lebih banyak berada di wilayah pengobatan. Kalau tidak salah, berobat ke Surabaya,” jelasnya.
Kemudian, Andi Harun menegaskan bahwa keputusan untuk membebaskan Desi dari kewajiban hadir dalam beberapa rapat bukan tanpa alasan. Menurutnya, tekanan mental bisa menjadi hambatan dalam proses penyembuhan penyakit yang sedang dialami.
“Saya memang yang membebaskan dia untuk tidak menghadiri langsung karena saya tidak mau membebani mentalnya. Karena semakin mentalnya terbebani, semakin menjadi barrier, hambatan untuk penyembuhan penyakit. Jika dia dapat tekanan sedikit, itu akan berpengaruh terhadap penyakitnya,” tambahnya.
Lebih lanjut, Wali Kota juga menyinggung pentingnya memahami alasan seseorang tidak hadir dalam suatu tugas sebelum langsung menilai negatif.
“Kita itu tidak mau mencari keterangan kenapa tidak datang, kita bisanya hanya menghukum orang. Kita hanya bisa men-judge orang. Kita harus tanya, seperti saya misalnya dua minggu tidak kelihatan asisten 2 saya, saya bertanya kenapa. Saya tidak boleh langsung bilang itu melanggar disiplin kerja, saya harus tanya kenapa. Siapa tahu ada sesuatu yang harus dia selesaikan, mendesak, penting, apalagi berhubungan dengan kesehatan,” tutupnya. (Nis)