Persepsinews.com, Samarinda – Praktik tambang ilegal kembali mencoreng dunia pendidikan dan konservasi di Kalimantan Timur. Kali ini, aktivitas penambangan batubara secara ilegal dilaporkan terjadi di kawasan Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS), salah satu hutan pendidikan terbesar di Indonesia.
Selama libur Lebaran 2025, para penambang disebut telah membuka lahan seluas 3,2 hektare di kawasan KRUS. Ironisnya, hutan ini seharusnya dijaga ketat karena berstatus sebagai kawasan konservasi dan pendidikan milik Universitas Mulawarman (Unmul). Aktivitas ilegal ini bukan hanya merusak ekosistem, tapi juga mengancam eksistensi laboratorium alam bagi mahasiswa, dosen, dan peneliti.
KRUS selama ini dikenal sebagai rumah bagi flora dan fauna khas Kalimantan, termasuk spesies langka seperti orangutan, bekantan, dan beruang madu. Selain itu, kawasan ini menjadi lokasi strategis untuk kegiatan penelitian kehutanan, lingkungan, dan ilmu hayati.
Menanggapi kejadian tersebut, Wakil Ketua Komisi III DPRD Kaltim, Akhmed Reza Fachlevi, mengecam keras aksi penambangan liar itu. Ia mendesak aparat penegak hukum agar bertindak cepat dan transparan dalam menindak para pelaku.
“Saya sangat prihatin dan mengecam keras aktivitas tambang ilegal itu. Tindakan ini bukan hanya melanggar hukum, tetapi juga merusak fungsi kawasan konservasi yang menjadi laboratorium alam bagi ribuan mahasiswa dan peneliti,” ujar Reza.
Menurutnya, tambang ilegal di wilayah pendidikan seperti KRUS tidak bisa ditoleransi. Ia mendukung penuh langkah Fakultas Kehutanan Unmul untuk melaporkan kejadian ini kepada kepolisian dan mendorong adanya penyelidikan menyeluruh.
Komisi III DPRD Kaltim juga berencana memanggil instansi terkait guna meminta kejelasan soal lemahnya pengawasan.
“Kita harus menjaga hutan pendidikan ini sebagai warisan ilmiah dan ekologis untuk generasi mendatang. Komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan harus dibuktikan dengan tindakan nyata, bukan sekadar wacana,” tutup Reza. (Red)
