Persepsinews.com, Samarinda – Sektor pertanian di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menghadapi tantangan serius akibat minimnya lahan pertanian dan semakin tuanya demografi petani.
Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura (Dispan TPH) Kaltim, Siti Farisyah Yana, mengungkapkan bahwa kondisi ini diperparah oleh berbagai faktor, termasuk alih fungsi lahan pertanian menjadi area tambang batubara dan rendahnya minat generasi muda terhadap profesi pertanian.
Dalam jumpa pers di Gedung Diskominfo Kaltim Jumat (16/2), Yana menyatakan bahwa tantangan ini membutuhkan perhatian serius dari Pemerintah Provinsi Kaltim serta pemerintah kabupaten untuk menjaga kelangsungan sektor pertanian.
“Berdasarkan data Sensus Pertanian Tahun 2023, mayoritas petani di Kaltim berusia di atas 39 tahun, dengan jumlah petani muda yang sangat sedikit,” sebutnya.
Yana menambahkan bahwa masalah pertanian di Kaltim juga mencakup petani gurem yang memiliki lahan kurang dari 0,5 hektar. Hal ini mengindikasikan pembagian lahan pertanian yang semakin sempit, membuat sulitnya peningkatan produksi pertanian.
“Kesulitan lain yang dihadapi petani, terutama di area pedalaman, adalah akses terhadap pupuk subsidi yang terbatas. Banyak petani enggan menggunakan pupuk anorganik karena tidak menyaksikan peningkatan produktivitas yang signifikan,” beber Yana.
Menghadapi tantangan ini, Pemerintah Provinsi Kaltim berkomitmen untuk mengembangkan sektor pertanian dengan menerapkan pola pertanian modern. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan produktivitas lahan petani dengan dukungan infrastruktur pertanian yang memadai.
“Langkah ini diharapkan dapat mengatasi masalah minimnya lahan pertanian dan mendorong minat generasi muda untuk terlibat dalam aktivitas pertanian, memperkuat sektor ini untuk masa depan yang berkelanjutan,” pintanya. (Lis)