Persepsinews.com, Samarinda – Jalan Imam Bonjol, Kelurahan Pelabuhan, Kecamatan Samarinda Kota, Rabu (7/5) siang, mendadak menjadi panggung rekonstruksi salah satu kasus pembunuhan paling menggemparkan di Samarinda.
Di bawah pengawasan ketat petugas bersenjata lengkap, sembilan tersangka satu per satu memperagakan bagaimana nyawa Deddy Indrajid Putra (DIP) direnggut dalam serangan brutal yang telah dirancang matang.
Dalam prarekonstruksi yang dipimpin langsung Kapolresta Samarinda Kombes Pol Hendri Umar itu, sebanyak 42 adegan berdarah diperagakan. Setiap langkah, dari persiapan senjata hingga pelarian pascakejadian, dirunut secara detail di hadapan penyidik dan kejaksaan.
“Ini bagian penting dalam proses pembuktian. Prarekonstruksi membantu kami menggambarkan bagaimana rencana itu dijalankan secara sistematis,” ungkap Kapolresta.
Kesembilan tersangka—Fatur, Ijul, Law, Ula, Sugeng, Satar Maulana, Aril, Wawan, dan Endos—bukan hanya menjadi pelaku, tapi juga perencana. Mereka memiliki peran berbeda dalam peristiwa yang kini dijerat dengan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana.
Adegan ke-32 menjadi titik nadir. Saat itu, Ijul—eksekutor utama—datang dengan motor Yamaha XMax hitam. Korban berdiri di tepi jalan. Tanpa aba-aba, lima tembakan dilepaskan ke tubuh DIP. Satu peluru terakhir ditembakkan ke udara. Isyarat untuk kabur. Dalam hitungan detik, semuanya lenyap dalam gelap.
“Pada 2021, kakak Ijul, Jumriansyah, tewas. Ia meyakini DIP terlibat dalam kematian itu. Sejak saat itu, dendam tumbuh diam-diam,” ungkap Hendri Umar.
Kini, dendam itu sudah berubah menjadi perkara hukum. Para pelaku bisa terancam hukuman mati atau seumur hidup. Polisi juga masih memburu kemungkinan adanya dalang di balik skenario ini, yang disebut-sebut menyusun rencana dari balik layar.
“Proses ini belum berakhir. Kami akan kejar semua pihak yang terlibat,” tegas Hendri Umar. (Nto)
