Persepsinews.com, Jakarta – Kawasan Timur Tengah kembali memanas dengan eskalasi konflik yang semakin tak terkendali antara Israel dan Hizbullah.
Persepsinews.com, Jakarta – Setelah serangkaian serangan dan saling balas dendam antara kedua pihak, Israel memulai invasi darat ke Lebanon, sementara Iran ikut terlibat dalam konflik dengan melancarkan serangan rudal ke Israel. Perang ini tampaknya meluas menjadi pertempuran regional yang lebih besar.
Pada Selasa (1/10), Garda Revolusi Iran meluncurkan puluhan rudal ke arah Israel sebagai respons atas kematian dua tokoh penting di kawasan, yaitu pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah.
Menurut laporan TV pemerintah Iran, rudal-rudal tersebut menargetkan jantung wilayah Israel. Dalam pernyataan resmi, Iran mengancam bahwa jika Israel berani membalas, serangan balasan dari Teheran akan lebih dahsyat dan merusak.
Sementara itu, milisi Hizbullah juga tidak tinggal diam. Mereka melancarkan serangan roket ke beberapa markas intelijen Israel di Tel Aviv, termasuk markas besar Unit 8200, badan intelijen militer Israel. Kelompok milisi tersebut mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang terjadi, menambah intensitas pertempuran yang telah berlangsung selama beberapa minggu terakhir.
Seiring dengan situasi yang semakin memburuk, kekhawatiran internasional meningkat. Amerika Serikat memutuskan untuk menambah 3.000 pasukan dalam keadaan siaga, bersiap untuk mengintervensi jika diperlukan, khususnya mengantisipasi serangan rudal Iran.
Presiden AS Joe Biden juga telah memerintahkan militer Amerika untuk menembak jatuh rudal yang mengarah ke wilayah Israel.
Di tengah konflik ini, Italia mengambil langkah berbeda dengan menegaskan dukungannya terhadap pendirian negara Palestina.
Menteri Luar Negeri Italia, Antonio Tajani, mengungkapkan bahwa negaranya siap mengirim pasukan untuk mendukung misi perdamaian yang dipimpin PBB dan mengupayakan solusi dua negara di kawasan tersebut.
Tajani menambahkan bahwa kehadiran militer internasional yang dipimpin oleh otoritas Palestina di bawah pengawasan PBB mungkin menjadi kunci untuk meredakan ketegangan yang terus meningkat. (Red)