Persepsinews.com, Bekasi – Dua kabar duka datang dari keluarga Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Kabupaten Bekasi yang kehilangan anggota keluarganya di Kamboja.
Mereka menjadi korban dugaan eksploitasi dan perdagangan orang usai bekerja secara ilegal di perusahaan judi online.
Salah satu korban selamat, F (27), menceritakan pengalaman pahitnya saat bekerja di Kamboja. Awalnya, F dijanjikan bekerja sebagai editor video untuk promosi hotel. Namun, sesampainya di sana pada April 2024, ia justru dipekerjakan sebagai marketing judi online dengan sistem target dan tekanan tinggi.
F mengaku bekerja 12 jam sehari dan hanya mendapat satu hari libur jika mencapai target transaksi. Jika gagal, ia harus lembur tanpa tambahan bayaran. Tekanan kerja dan cacian dari atasan membuat kondisi mentalnya menurun. Ia baru pulang ke Indonesia pada November 2024 setelah membayar denda sebesar Rp23 juta kepada perusahaan agar kontraknya bisa diputus.
“Kalau tahu begitu, saya tidak akan berangkat. Jangan tergiur tawaran gaji besar tanpa informasi jelas,” kata F mengingatkan.
Nasib lebih tragis menimpa Ikhwan Sahab (27), PMI asal Bekasi lainnya. Ia ditemukan tidak berdaya di pinggir jalan oleh polisi Kamboja dan sempat koma dua hari di rumah sakit sebelum akhirnya meninggal pada 14 April 2025. Keluarga menduga Ikhwan menjadi korban penyiksaan karena tidak memenuhi target kerja.
Keluarga Ikhwan akhirnya memutuskan agar jenazah dimakamkan di Kamboja, mempertimbangkan waktu dan biaya pemulangan. Adiknya, Subyantoro (23), berharap kasus ini bisa diusut tuntas oleh pihak berwenang.
“Saya maunya semua sindikat yang terlibat diberantas, dari agen di Indonesia sampai yang di Kamboja,” tegas Subyantoro.
Sementara itu, Menteri P2MI Abdul Kadir Karding mengingatkan masyarakat agar tidak tergiur tawaran kerja ke luar negeri tanpa jalur resmi, karena seluruh PMI di Kamboja saat ini berstatus ilegal dan rawan menjadi korban TPPO. (Red)
