Persepsinews.com – Multikulturalisme di Indonesia adalah sebuah topik yang menarik dan penting untuk dibahas, karena menyangkut keberagaman dan keharmonisan masyarakat yang terdiri dari berbagai budaya, etnis, agama, dan ideologi. Salah satu aspek yang berkaitan dengan multikulturalisme adalah bagaimana anak-anak usia dini di Indonesia belajar dan berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda dari mereka. Pendidikan adalah salah satu aspek yang berkaitan dengan multikulturalisme, karena melalui pendidikan, anak-anak usia dini dapat belajar dan berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda dari mereka, serta mengembangkan nilai-nilai multikultural, seperti toleransi, empati, kerjasama, dan saling menghargai.
Namun, di tengah keberagaman tersebut, terdapat juga tantangan dan masalah yang harus dihadapi, Salah satu masalah yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari anak-anak usia dini di Indonesia adalah kecenderungan mereka untuk berkata kotor dan tidak sopan, baik kepada teman sebaya, orang dewasa, maupun orang asing. Kata-kata kotor dan tidak sopan yang mereka ucapkan bisa berupa umpatan, ejekan, hinaan, atau bahkan ancaman. Hal ini tentu saja sangat mengganggu dan meresahkan, karena menunjukkan kurangnya rasa hormat, sopan santun, dan toleransi anak-anak terhadap orang lain.
Anak usia dini yang berbicara kotor atau kasar, dan berprilaku tidak sopan bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti eksperimen, mencari perhatian, meniru orang lain, belajar sebab-akibat, stres, frustasi, atau memberontak. Anak usia dini belum memiliki pemahaman yang baik tentang arti dan dampak dari perkataan mereka, sehingga mereka cenderung mengulang apa yang mereka dengar atau lihat tanpa memikirkan konsekuensinya.
Hal ini tentu saja bisa menimbulkan kesan negatif bagi orang yang mendengar atau menjadi sasaran perkataan anak, terutama jika mereka berasal dari latar belakang budaya yang berbeda.Oleh karena itu, peran orang tua, keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat penting untuk mengatasi masalah ini. Dan peran anak muda juga untuk menjaga prilaku dan perkataan di depan anak usia dini agar anak-anak tersebut tidak mencontoh dan menirunya.
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan anak usia dini di Indonesia suka berkata kotor dan tidak sopan, di antaranya ;
A. Kurangnya pengawasan dan teladan dari orang tua atau keluarga
Anak-anak usia dini cenderung meniru apa yang mereka lihat dan dengar dari orangorang di sekitar mereka, terutama orang tua atau pengasuh mereka. Jika orang tua atau pengasuh sering berkata kotor dan tidak sopan di depan anak-anak, maka anak-anak pun akan menganggap hal itu sebagai hal yang biasa dan boleh dilakukan.
B. Pengaruh lingkungan dan media
Anak-anak usia dini juga bisa terpengaruh oleh lingkungan dan media yang mereka akses, seperti teman-teman sekolah, tetangga, televisi, internet, atau game, dan bisa juga mencontoh orang yang lebih dewasa darinya contohnnya anak muda. Lingkungan dan media yang mengandung unsur kekerasan, pornografi, atau diskriminasi bisa membuat anak-anak terbiasa mendengar dan mengucapkan kata-kata kotor dan tidak sopan.
C. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang makna dan dampak kata-kata kotor dan tidak sopan
Anak-anak usia dini mungkin belum paham apa arti dan konsekuensi dari kata-kata kotor dan tidak sopan yang mereka ucapkan. Mereka mungkin hanya menganggapnya sebagai cara berekspresi, bereksplorasi, bereksperimen, atau mencari perhatian.
Untuk mengatasi masalah ini, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh orang tua, keluarga, guru, dan masyarakat, ada beberapa cara diantarannya. Memberikan pengawasan dan teladan yang baik kepada anak-anak. Orang tua, keluarga, guru, dan masyarakat harus memberikan contoh yang baik kepada anak-anak dalam berbicara dan bersikap. Mereka harus menghindari berkata kotor dan tidak sopan di depan anak-anak, dan mengajarkan mereka cara berkomunikasi yang sopan, santun, dan menghormati orang lain.
Memberikan edukasi dan penjelasan yang sesuai dengan usia dan pemahaman anakanak.Orang tua, , guru, da keluarga, masyarakat harus menjelaskan kepada anak-anak apa makna dan dampak dari kata-kata kotor dan tidak sopan yang mereka ucapkan. Mereka harus memberitahu anak-anak bahwa kata-kata kotor dan tidak sopan bisa menyakiti perasaan, menurunkan martabat, dan merusak hubungan dengan orang lain. Mereka juga harus mengajarkan anak-anak nilai-nilai positif yang berkaitan dengan multikulturalisme, seperti toleransi, kerukunan, dan saling menghargai.
Memberikan sanksi dan konsekuensi yang tegas dan konsisten.Orang tua, keluarga, guru, dan masyarakat harus memberikan sanksi dan konsekuensi yang tegas dan konsisten kepada anak-anak yang berkata kotor dan tidak sopan. Sanksi dan konsekuensi ini harus sesuai dengan tingkat kesalahan dan usia anak-anak, dan tidak boleh bersifat fisik, verbal, atau emosional yang bisa menimbulkan trauma.
Sanksi dan konsekuensi ini bisa berupa teguran, nasehat, maaf, hukuman ringan, atau pembatasan akses ke lingkungan atau media yang negatif. Dan juga Menghindari reaksi berlebihan atau marah saat anak berbicara kotor atau kasar, karena hal itu bisa membuat anak merasa mendapat perhatian atau penasaran dengan reaksi orang lain.
Memberikan pujian dan penghargaan yang positif.Orang tua, keluarga, guru, dan masyarakat harus memberikan pujian dan penghargaan yang positif kepada anak-anak yang berbicara dan bersikap dengan sopan, santun, dan menghormati orang lain. Pujian dan penghargaan ini bisa berupa ucapan, senyuman, pelukan, hadiah, atau kesempatan untuk melakukan hal-hal yang disukai anak-anak. Pujian dan penghargaan ini bisa meningkatkan rasa percaya diri, motivasi, dan keinginan anak-anak untuk berperilaku baik.
Mengajak anak untuk mengenal dan menghargai keberagaman budaya yang ada di sekitar mereka, misalnya dengan membacakan cerita, menonton film, atau mengunjungi tempattempat yang berhubungan dengan budaya lain. Mengawasi dan membatasi anak dari pengaruh media sosial, televisi, internet, atau lingkungan yang mengandung bahasa kotor atau kasar. Mengajarkan anak tentang nilai-nilai Pancasila, khususnya sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang mengandung makna toleransi dan kerukunan antar umat beragama, serta sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia” yang mengandung makna persaudaraan dan kesatuan bangsa.
Dengan cara-cara tersebut, diharapkan anak usia dini bisa tumbuh menjadi generasi yang cerdas, berakhlak, dan berbudaya, serta mampu menjaga dan memelihara multikulturalisme Indonesia yang merupakan warisan dan kebanggaan kita bersama.
Dampak Anak Usia Dini Ketika Terbiasa Berilaku Tidak Sopan, Dan Berbicara Kasar Atau Kotor
Anak-anak usia dini yang berbicara kasar atau kotor dan berperilaku tidak sopan dapat mengalami dampak negative juga pada perkembangan emosi, psikologis, sosial, dan bahasa mereka. Beberapa dampak kemungkinan dapat terjadi ketika terbiasa berprilaku tidak sopan dan berbicara kasar atau kotor. yang pertama, Membentuk pola pikir negatif dan menurunkan kualitas komunikasi yang sehat dan konstruktif. Yang kedua Mengalami kesulitan mengontrol emosi, mengembangkan keterampilan sosial, dan memahami konsep rasa hormat terhadap orang lain. Yang ketiga Menjadi kurang percaya diri, mudah tersinggung, agresif, atau depresi. Bukan itu saja anak-anak juga bisa Mendapat masalah di sekolah, seperti ditolak oleh teman sebaya, dihukum oleh guru, atau mendapat nilai rendah. Dan jika di biarkan terus menerus generasi anak-anak Indonesia selanjutnya bakal menjadikan itu hal yang biasa, dan tidak memiliki sifat sopan santun di dalam dirinya.
Menurut kami pentingnnya pengawasan orang tua terhadap anak usia dini, agar menjadikan generasi yang berakhlak dan menerapkan sopan santun di dalam dirinya, aga prilaku atau omongan yang tidak sopan, tidak menjadi hal yang biasa di lingkungannya, pentingnya juga masyarakat khususnya anak muda menjaga prilaku dan omongan didepan anak-anak agar mereka tidak meniru perkataan atau prilaku yang tidak baik, dan pentingnya masyarakat tidak memaklumi anak-anak yang berprilaku tidak sopan di lingkungan sekitar, demi menjaga dan menjadikan generasi Indonesia selanjutnya tetap memiliki sikap beradab dan sopan santun kepada orang lain.
Penulis : Ridho Saputra dan Ahmad Raihan