Persepsinews.com, Dewasa ini dunia digitalisasi makin merasuki segala aspek yang berada di dalam bumi. Pendidikan, kesehatan, dan ekonomi serta sosial budaya menjadi perbincangan hangat yang diperbincangkan kalangan elit bila disandingkan dengan perangkat digital.
Banyak penemuan-penemuan baru yang ditujukan untuk memudahkan masyarakat. Inovasi itu tentunya tak jua semena-mena langsung diterima oleh masyarakat. Ada saja pro-kontra yang timbul akibat adanya inovasi tersebut. Terlebih jika itu dikombinasikan dengan kebijakan yang akhirnya diterapkan. Masyarakat yang awam terhadap dunia digital bisa apa jika si penguasa telah memutuskan selain belajar menerima.
Sejauh mata memandang kemajuan teknologi memang memberikan dampak yang sangat besar terhadap manusia. Memudahkan? Tentu saja memudahkan. Adanya dompet digital bisa memudahkan transaksi belanja hanya dengan QR Code. Menyulitkan? Tergantung dengan si pemakai!
Dengan adanya perangkat digital di masa pandemi seperti sekarang tentu saja sangat membantu kehidupan manusia. Adanya pandemi ini memunculkan kebijakan-kebijakan yang membatasi hubungan manusia dengan manusia lainnya yang terjadi secara langsung.
Tidak ada sekolah, tidak ada kerumunan, tidak boleh bersentuhan, jaga jarak, dan di rumah saja. Hal itu menjadikan kita mau tidak mau dan suka tidak suka harus menerima dan menggunakan perangkat digital yang dianggap dapat menolong kita agar kepentingan kita bisa tetap terlaksana seperti sekolah, berbelanja, dan juga bekerja.
Kehidupan kita tentunya akan terus menerus berjalan, masyarakat akan terus bergerak maju dan tidak akan mundur di mana nantinya akan terjadi pergeseran sosial seperti masyarakat tradisional yang bergeser menjadi masyarakat modern. Masyarakat modern identik dengan wilayah perkotaan, sedang yang tradisional identik dengan wilayah pedesaan.
Kebiasaan serta sarana dan pra-sarana yang digunakan antara masyarakat modern dengan tradisional dalam pemenuhan kebutuhan hiudpnya tentu saja berbeda. Lalu bagaimana dengan masyarakat pedesaan yang juga mendapatkan kebijakan yang sama dengan masyarakat kota seperti e-learning atau pembelajaran daring?
Fasilitas yang memadai terkait pembelajaran daring memang sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran. Tak melulu soal peralatan, tetapi juga pengetahuan tentang pengoperasian alat pun sangat-sangat diperlukan. Tak sedikit para orang tua mengeluhkan tentang kebijakan pembelajran daring ini yang dinilai dapat menurunkan tingkat kepintaran anak.
Seperti yang terjadi di sebuah desa kecil yang merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara yaitu Desa Cipari Makmur. Tak hanya para orang tua yang mengeluh, tenaga pendidiknya pun merasakan kesulitannya. Ketersediaan perangkat, jaringan dan SDM yang minim menjadi boomerang tersendiri bagi bocah penerus bangsa yang berada di wilayah ini.
Selain itu, pola komunikasi yang terjadi di dalam desa ini pun mengalami sedikit pergeseran. Beberapa individu yang memliki perangkat android memanfaatkan hal itu untuk saling berbagi informasi melalui aplikasi yang ditawrkan para pengusaha software seperti aplikasi whatsapp dan facebook. Namun kecerdasan dalam menerima informasi masih tak terlihat. Masih banyak yang men-sharing tanpa men-saring terlebih dahulu.
Globalisasi tak bisa dihindari, kemajuan teknologi terutama dalam bidang komunikasi baiknya memang dibarengi dengan pengayaan literasi digital di seluruh wilayah dan kalangan. Harusnya tak hanya memerintah, tetapi juga mengayomi dan mengajarkan untuk menghindar dari terjeratnya pasal.
(Tulisan yang diterbitkan telah melalui penyuntingan redaksi tanpa mengurangi maksud pesan penulis. Semua materi tulisan merupakan tanggung jawab penulis).
Penulis : Tri Agustini (Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unmul)