
Persepsinews.com, Jakarta – Pakar gizi dari dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati mengingatkan masyarakat bahwa buruknya fasilitas sanitasi juga dapat menjadi penyebab rentan anak terkena stunting.
“Sanitasi kalau misalnya tidak baik, juga akan mengakibatkan kondisi kesehatan terganggu,” ujar dia di sela kegiatan “Perjalanan Aksi Bersama Cegah Stunting” bertajuk “Kolaborasi dan Inovasi Dukung Anak Indonesia Jadi Generasi Maju”, Selasa (8/11/2022).
Hal senada juga disampaikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan buruknya sanitasi terkait dengan penularan penyakit diare seperti kolera dan disentri, serta tipus, infeksi cacing usus dan polio, yang dapat berkontribusi pada stunting dan penyebaran resistensi antimikroba.
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang mempengaruhi fisik dan otaknya, akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama.
Menurutnya hal ini berhubungan dengan status gizi ibu selama kehamilan, praktik menyusui atau ASI tidak eksklusif selama enam bulan pertama, praktik pemberian makan pendamping (MPASI) yang tidak tepat dan pemantauan tumbuh kembang anak yang tidak rutin.
“Penyebab langsungnya asupan gizi yang kurang, kesehatan yakni sering sakit anaknya akibatnya status gizi turun. Penyebab tidak langsungnya aksesibilitas terhadap pangan. Pola asuh berpengaruh ke kesehatan,” kata dia.
Anak yang mengalami stunting akan terganggu pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kecerdasan serta metabolisme tubuhnya.
Pada jangka panjang, IQ anak lebih rendah ketimbang rekan seusianya yang tak mengalami stunting dan mengalami berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes dan stroke.
Oleh karena itu, menurut dia, pencegahan stunting tidak akan berjalan efektif tanpa kolaborasi multipihak yang dilakukan antara pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) hingga sektor swasta.
“Stunting sebenarnya merupakan permasalahan kesehatan yang dapat dicegah, bahkan sejak sebelum kelahiran anak yakni dengan berfokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan atau periode emas,” jelasnya. (Red/ Adv DKP3A Kaltim)