
Persepsinews, Samarinda – Saat ini angka stunting di Indonesia masih berada di 24,4 persen. Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, 7 provinsi yang memiliki prevalensi stunting tertinggi, antara lain Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Aceh.
Wakil Gubernur Kalimantan Timur Hadi Mulyadi mengatakan, teruntuk Kaltim saat ini angka stunting sudah berada di bawah rata-rata nasional. Namun, untuk menjaga tren positif ini terdapat beberapa hal penting yang perlu diketahui oleh masyarakat agar dapat terhindar dari stunting.
Ia menjelaskan, terdapat tiga sasaran objek penanganan stunting yang perlu didiketahui oleh masyarakat. Seperti, ukuran lengan tubuh hingga asupan nutrisi bagi kandungan.
“Perlu saya sampaikan tiga sasaran objek penanganan stunting, contoh kalau lingkar lengannya itu tidak boleh kurang dari 22 centi ga boleh hamil, makanya nanti fisiknya tidak siap, harus perhatikan nutrisi kandungan untuk anak yang dikandung, kemudian menyusui, kita kenal golden age usia emas,” tutur Hadi di depan Aula Dishut Kaltim Kamis (20/10/2022).
Menurut Hadi, penanganan stunting di Kaltim tidak hanya tentang persoalan berat badan melainkan juga dengan otak. Untuk itu masyarakat perlu diberikan pemahaman agar dapat menutrisi anak dengan baik.
“Ingat stunting ini bukan persoalan berat dan tinggi badan saja, ini berkaitan juga dengan otak,” katanya.
Memgenai hal ini, pemerintah terus berupaya melakukan pencegahan hingga sosialisasi ke masyarakat melalui integrasi lintas sektor.
Untuk mengejar target pemerintah pusat dalam menurunkan prevalensi stunting 14 persen pada tahun 2024, Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor pun menargetkan prevalensi stunting di wilayah Kaltim turun 8 persen dari angka 22,8 persen pada tahun 2021 dan menjadi 14 persen pada tahun 2024. (Ozn/ Adv DKP3A Kaltim)