Persepsinews.com, Samarinda – Kurang lebih empat bulan ini sosok Haji Suriansyah atau dikenal Haji Sasa wara-wari muncul diberbagai platfrom media sosial.
Kisah kebaikannya memborong makanan pedagang di tengah pandemi virus corona menjadikan sosok ayah empat anak itu ramai dibicarakan di kalangan masyarakat Kota Tepian.
Bermula pada Ramadan lalu, ia dengan spontan memborong jajanan warga kemudian dibagikan kepada masyarakat yang saat itu melintas. Maupun yang kebetulan berada disana.
Hal itu pun berlanjut sampai saat ini. Bahkan, bertepatan diulang tahun anaknya. Pria berusia 47 tahun itu mengajak anak bungsunya berkeliling menggunakan sepeda, sembari mengenang masa kecilnya.
Ketika melintas Jalan Merdeka – Biawan – Arief Rahman Hakim hingga Jalan Ahmad Dahlan, ia banyak menjumpai pedagang yang menjajakan aneka makanan.
“Saat itu saya mampir dengan anak saya mau makan bakso. Saya melihat dagangnya masih sepi. Tak pikir panjang saya pun memborongnya supaya cepat pulang ke rumah,” ucapnya.
Bukan pedagang bakso itu saja. Akan tetapi pedagang yang berada disekitarnya pun ikut diborong oleh dirinya. Ia mengatakan hal ini semata-mata bentuk kepeduliaannya kepada masyarakat.
Diungkapkannya, kegiatan berbagi sampai memborong jualan para pedagang sudah lama ia tekuni. Namun, semua itu jauh dari sorotan kamera. Karena, ia tak ingin apa yang dilakukan dimata masyarakat menjadi riya atau sombong.
Akhirnya, suatu ketika guru spritualnya menegur agar apa yang dilakukannya harus disebarluaskan. Bukan semata-semata untuk sombong, tetapi sebagai inpirasi mengajak orang lain melakukan hal kebaikan.
“Sejak 2013 sudah sering berbagi ke masyarakat cuman ya jarang diekspos. Takut jadi riya dan sombong,” tuturnya.
Selain kegiatan sosial memborong dagangan pedagang sampai membedah rumah warga. Anak kedua dari pasangan almarhum Mansyur dan Tuah itu pun sudah banyak mendirikan masjid dan mushala yang tersebar di Samarinda.
Bukan itu saja, ia pun mendirikan Yayasan Mansyur Tuah yang diambil dari nama kedua orangtua. Melalui yayasan itu, ia mendirikan Rumah Lansia bagi warga lansia yang terlantar. Pun, ia juga sudah mengancang-ancang membangun gedung untuk rehabilitas bagi pengguna narkoba.
“Rumah orangtua saya saat ini digunakan sebagai tempat tinggal lansia beserta anaknya. Anak-anaknya pun kami sekolahkan,” terangnya.
Meski saat ini, hidupnya serba kecukupan dan bisa membantu banyak orang. Siapa sangka, jika keluarga Haji Sasa ini bukan berasal dari keluarga berada. Karena almarhum ayahnya merupakan buruh bangunan. Sedangkan ibunya bekerja sebagai asisten rumah tangga.

Hidup diserba kekurangan, membuat dirinya terpaksa putus sekolah karena keterbatasan biaya. Menjalani kehidupan yang keras membuat ia sempat berpikir bunuh diri karena terlilit hutang dan tak ada satupun yang menolongnya.
Dan, ia harus hidup bergelandangan di sekitaran kawasan Citra Niaga. Sampai dimana, ia tiba-tiba mendapatkan hidayah ketika tak sengaja berjumpa seseorang di Pelabuhan Samarinda.
“Sama sekali tak kenal. Orang itu melihat saya gelisah dan memanggil saya. Tanpa basa-basi menyuruh saya pulang ke rumah untuk membasuh kaki kedua orangtuanya,” kenangnya.
Dari kejadian tersebut. Tak lama dirinya mendapat kabar baik dan mulai merintis usaha jual-beli tanah. Sampai berkembang ke usaha lainnya seperti pertambangan.
Kendati demikian, ia selalu mengatakan kegiatan sosial yang dilakukannya untuk amal jariah kedua orangtuanya agar mendapatkan kehidupan bahagia di akhirat.
“Tak ada keinginan apa-apa. Niat dan tujuannya apa yang saya lakukan di dunia ini untuk ladang pahala kedua orangtua saya diakhirat,” pungkasnya.