Persepsinews, Samarinda – Kondisi stunting saat ini masih menjadi isu utama untuk Indonesia yang cukup memprihatinkan termasuk di Kalimantan Timur (Kaltim). Isu kesehatan ini juga menyita perhatian pemerintah hingga menggalakkan Aksi Cegah Stunting di seluruh kabupaten/kota hingga ke penjuru desa melalui Tim Percepatan Penurunan Stunting yang diketuai Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi.
Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 & 2022 dari Kementerian Kesehatan telah merilis data prevalensi balita stunting di Kabupaten/Kota Se-Kaltim. Kasus stunting di Kaltim mengalami kenaikan sebesar 23,9% pada 2022 dari yang sebelumnya pada 2021 sebesar 22,8%. Sementara, WHO memiliki standar prevalensi stunting di angka kurang dari 20%.
Prevalensi stunting tertinggi di Kaltim 2022 ditempati Kukar dengan persentase sebesar 27,1%, kemudian Samarinda sebesar 25,3%.
Sementara, daerah dengan kasus stunting yang rendah dimiliki Balikpapan sebesar 19,6% dan Mahulu sebesar 20,3%.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Jaya Mualimin mengatakan, pihaknya saat ini masih terus berupaya melakukan penanggulangan stunting melalui pemberian makanan tambahan dan sejumlah program lainnya. Apalagi saat ini Dinkes baru bisa melakukan pemantauan anak di daerah sekitar 120.000 dari 301.000 anak.
“Dari 301 ribu anak kita cuma bisa memantau anak 120 anak, yang penting kalau memang dilaporkan punya resiko maka kita beri makanan tambahan,” tutur Jaya (27/4/2023).
Walaupun pemerintah daerah memiliki target penurunan stunting di Kaltim sebesar 12,83 persen. Jaya menegaskan, pihaknya masih akan tetap mengejar target nasional terlebih dahulu di angka 14 persen pada tahun 2024.
Mengingat, kenaikan angka persentase sebelumnya sekitar 1,1 persen harus menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat untuk memperhatikan gizi pada ibu sebelum dan saat hamil, serta gizi pada anak usia 6 sampai 2 tahun. (Ozn)