Usia 76 tahun jika dianalogikan kepada manusia merupakan usia senja yang sejatinya sudah sangat matang. Sungguh sayang, tidak demikian dengan potret pendidikan di negeri ini. Di momentum hari pendidikan nasional ini, realitas pendidikan di Kalimantan Timur (Kaltim) semakin hari semakin kehilangan tajinya.
Jika berdasarkan fakta, padahal pendidikan telah menjadi perhatian serius dan mendapatkan anggaran yang sangat istimewa. Rapat kerja perdana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama Komisi X DPR RI di tahun 2021 menetapkan 20 persen dari APBN atau sebesar Rp550 triliun, dialokasikan untuk dana pendidikan. Dari 20 persen anggaran tersebut, Kemendikbud mengelola sebanyak 14,8 persen atau sekitar Rp81,5 triliun. (Per 27 Januari 2021). Tercatat juga bahwa penerima BOS tersebut telah mencakup ke 216.662 sekolah di seluruh wilayah pelosok negeri.
Peringkat Indonesia dalam Human Development Index (HDI), Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS), serta Programme for International Student Assessment (PISA), berada pada posisi menengah bawah, dan rendah. Indikator itu menunjukkan bahwa masih terlalu banyak pekerjaan rumah di sektor Pendidikan yang harus diselesaikan.
Menurut Unifah, kondisi lebih memprihatinkan dari sisi karakter. Maraknya korupsi bahkan mulai dari kalangan milenial, penggunaan narkoba yang meluas, tawuran, kekerasan hingga pelanggaran lalu lintas yang dianggap lazim menunjukkan masih ada yang harus diluruskan dalam dunia pendidikan bangsa ini.
Hal ini diperparah dengan memudarnya nasionalisme di sebagian kalangan.
Diperparah dengan hadirnya Pandemic Covid-19, yang meluluh lantahkan seluruh aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Kualitas pendidikan semakin menurun, pemerintah seakan tidak siap dengan tantangan zaman ini. Hadirnya covid ini sendiri sebenarnya membawa transformasi budaya digital ke era kini. Para masyarakata di perkotaan mungkin tidak terlalu terasa imbasnya. Masyarakat di perdesaan yang sangat merasakan implikasi dari wabah ini.
Tak terkecuali di Provinsi Kaltim sendiri, dirasa perlu sekali lagi untuk perluasan jangkauan wilayah pendidikan ke daerah 3T (tertinggal, terluar dan terdepan) agar kebermanfaatan pendidikan dapat dihirup oleh seluruh pihak.
Gotong royong juga perlu lebih digalakkan di Kaltim. Mendikbu-Ristek Nadiem meyakini, tidak ada tantangan yang tidak dapat dihadapi bangsa jika bergotong-royong. Sebab, dengan bergotong-royong, upaya untuk mewujudkan Merdeka Belajar akan semakin cepat terlaksana.
“Silih asah, silih asuh, dan silih asih. Saling memintarkan, saling menyayangi, dan saling memelihara demi satu tujuan: SDM unggul, Indonesia maju,” kata Nadiem Makarim dalam pidatonya di Hari Pendidikan Nasional 2021 ini.
(Tulisan yang terbit telah melalui penyuntingan redaksi tanpa mengurangi maksud pesan penulis. Semua materi tulisan merupakan tanggung jawab penulis)