
Persepsinews, Samarinda – Setelah berhasil turun hingga 6 persen, menurut Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, angka prevalensi stunting di Kaltim masih berada di posisi aman dibawah rata-rata nasional.
Atas capaian tersebut Gubernur Kaltim Isran Noor menyebut, Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kaltim optimis mampu menurunkan target prevalensi stunting menjadi 12,83 persen pada tahun 2024 mendatang.
Menurutnya target ini menjadi perhatian serius dan diperlukan kerja keras secara bersama-sama untuk mencapai target tersebut. Guna mencapai target tersebut Isran mengajak seluruh pihak berperan aktif hingga membenruk TPPS ke tingkat desa.
“Saya mengajak kita semua agar membentuk TPPS hingga tingkat desa. Agar aksi nyata penurunan stunting berjalan terpadu dan diperoleh hasil maksimal,” kata Isran, Rabu (5/10/2022).
Isran Noor meminta adanya upaya serius dan kerja keras melalui kolaborasi lintas sektor sejak dari intervensi hulu ke hilir, intervensi spesifik dan sensitif serta pendekatan pentahelix. Menurutnya jika per tahun prevalensi bisa turun sekitar 5 persen maka target penurunan stunting dapat dikejar.
“Kalau setiap tahun minimal 5 persen, maka dua tahun (2022 – 2023) bisa 10 persen dan target 12,83 persen pada 2024 bisa tercapai,” tegas Isran.
Sementara itu Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kaltim Sunarto menjelaskan upaya penurunan angka stunting dijalankan oleh TPPS provinsi, kabupaten dan kota hingga desa/kelurahan.
Pemerintah juga menetapkan sasaran spesifik pencegahan stunting bagi remaja, calon pasangan usia subur/calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu dengan anak usia 0-59 bulan.
Dalam implementasinya di lapangan, lanjut Sunarto, BKKBN melakukan upaya penyiapan remaja sebagai calon keluarga, penyiapan kehamilan, dan pola pengasuhan pada setiap tahap periode pengasuhan 1.000 HPK. (Ozn/Adv DKP3A Kaltim)