Presepsinews, Samarinda – Warga Samarinda mengambil langkah proaktif untuk terus melestarikan lingkungan dan menjaga sumber air bersih mereka dengan membentuk Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) di Sungai Karang Mumus. Pembentukan gerakan ini didorong oleh keprihatinan terhadap kondisi sungai yang semakin tercemar, komunitas lokal ini memilih untuk bertindak demi menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan mereka.
Dalam sebuah upaya kolaboratif, gerakan ini rutin melakukan aksi nyata di sepanjang tepi sungai dengan sarung tangan dan kantong sampah, siap memulai aksi bersih-bersih sungai. Dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa, semangat untuk membuat perubahan yang positif.
Sungai Karang Mumus, yang sebelumnya merupakan simbol keindahan alam Kota Samarinda, telah mengalami penurunan drastis dalam hal kebersihan akibat pembuangan sampah sembarangan dan polusi lainnya. Namun, dengan langkah ini, harapan baru untuk memulihkan keindahan alam dan kehidupan ekosistem di sekitar wilayah SKM.
Kegiatan ini tidak hanya tentang membersihkan sungai, tetapi juga tentang meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan. Dengan demikian, gerakan ini dapat menjadi tonggak penting dalam upaya menjaga kelestarian alam bagi generasi mendatang.
Bahkan GMSS-SKM telah membangun Sekolah Sungai Karang Mumus. Sekolah ini merupakan tempat belajar bagi warga Samarinda untuk semua kalangan usia mempelajarai seperti apa fungsi sungai dan cara menjaga kebersihannya.
“Sekolah sungai itu untuk merubah mindset, sungai sebelum 2012 itu dipandang sebelah mata, padahal itu sumber kehidupan, bukan hanya untuk pengendalian banjir tapi sumber air sehat, untuk itu harus di jaga ekologi dan ekosistemnya, disekolah itu kita belajar tentang eksistensi sungai,” tutur Misman (14/5/2024).
Misman menuturkan, SKM memiliki posisi vital bagi Kota Tepian baik dari sisi ketahanan ekologis dan mendukung pembangunan, salah satunya sebagai pengendali banjir, maka penting menjaga dan merawat sungai seperti yang dilakukan GMSS-SKM.
Dirinya menyayangkan, masifnya pembangunan di Samarinda tidak disertai dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan lingkungan, serta Rencana Tata Ruang Wilayah yang juga memperhatikan dampak ekologis di satu wilayah.
Ia berharap, pemerintah kedepan juga bisa memperhatikan kawasan Sungai Karang Mumus sebagai satu wilayah prioritas untuk dibangun serta memberi ruang lebih untuk Ruang Terbuka Hijau.
“Kita lihat apakah RTRWnya mendukung ekosistem sungai, saya berharap pemerintah bisa memperhatikan itu,” lanjutnya.
Atas segala jerih payah Misman membangun Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus, dirinya pernah mendapat penghargaan Kalpataru tingkat nasional di tahun 2023 lalu dari Presiden Joko Widodo.
GMSS-SKM dan kegiatan Pangkalan Pungut telah menginspirasi warga untuk membentuk Komunitas Peduli Sungai (KPS), sampai sekarang sudah terbentuk 13 KPS. Warga juga membentuk komunitas untuk menjaga dan merawat drainase kota GEMMPAR (Gerakan Menjaga dan Merawat Parit). Misman terus berinovasi melakukan pemungutan sampah dipantai dan menginisiasi pembentukan Gerakan Memungut Sehelai Sampah – Laut (GMSS-L) dan telah membentuk kepengurusan dan keanggotaan masyarakat setempat. (Ozn)