Persepsinews.com, Jakarta – Wayang kulit merupakan salah satu kesenian tradisi yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat Jawa. Setiap bagian pementasan mempunyai simbol dan makna filosofis kuat. Apalagi dari segi isi, cerita pewayangan selalu mengajarkan budi pekerti luhur, saling mencintai, dan menghormati. Tidak salah UNESCO mengakui wayang sebagai warisan kekayaan budaya Indonesia yang bernilai adiluhung yakni seni budaya yang bernilai dan wajib dipelihara.
Untuk mempertahankan warisan kekayaan budaya, PT Tata Metal Lestari (Tatalogam Group) menggelar pementasan wayang yang berbeda dari biasanya. Untuk pertama kalinya di dunia, pementasan wayang yang bahan dasarnya terbuat dari baja lapis zinc (aluminium) atau Nexalume digelar di Studio Mendut, Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (14/3/2021).
Wayang Nexalume yang dimainkan dalang Ki Sih Agung Prasetya ini merupakan karya seni hasil inovasi seniman asal Magelang bernama Sujono Keron. Ia mengaku, ide awal membuat wayang dari Nexalume muncul setelah mendapat tawaran membuat seni instalasi luar ruangan dari sesama seniman. Kala itu ia diminta membuat wayang yang kuat terhadap cuaca dan tahan karat guna menghiasi objek wisata edukasi. “Nexalume tidak keropos meski diterjang panas atau hujan sepanjang hari. Setelah disetujui, saya membuat 100 tokoh wayang dan satu gunungan dari kisah Mahabharata dari Nexalume ini,” jelas Sujono kepada wartawan usai pementasan wayang kreasinya.
Dalam keterangan yang diterima redaksi, selama ini Sujono sudah cukup akrab dengan kreasi Nexalume. Sejak tahun 2015, pelat yang biasanya digunakan sebagai material bangunan seperti atap, atau talang tersebut, diolah menjadi berbagai karya seni dan kerajinan tangan untuk wisatawan di Magelang.
Sujono kini mengajarkan keterampilannya kepada generasi muda di desanya. Dalam kondisi seperti sekarang, semua dituntut untuk berinovasi. Tujuannya meningkatkan ekonomi. “Selama ini saya mendidik generasi muda untuk membuat kerajinan dari Nexalume agar mereka bisa berkreasi sendiri,” terang Sujono.
Langkah Sujono mendapat dukungan dari PT Tata Metal Lestari (Tatalogam Group), perusahaan pelapisan pelat baja lapis antikarat pemegang merek dagang Nexalume. Pementasan wayang Nexalume yang digelar kali ini pun dihelat guna memberikan ruang bagi kegiatan-kegiatan kesenian agar terus dapat berjalan dan berkembang, terutama di saat-saat pendemi sekarang ini.
Vice Presiden Tatalogam Group, Stephanus Koeswandi Tatalogam Group memiliki kepedulian terhadap lingkungan, termasuk hal yang berhubungan dengan kesenian dan kebudayaan. “Tatalogam Group berusaha memberikan ruang bagi kegiatan kesenian agar terus dapat berjalan dan berkembang,” terang dia.
Saat ini, Nexalume banyak digunakan oleh produsen genteng metal maupun baja ringan di Indonesia. Tidak hanya di dalam negeri, Nexalume telah mencapai standar internasional dan menembus ekspor ke Amerika Serikat, Australia, Pakistan, India dan negara negara di Amerika Selatan.
Sumber: BeritaSatu.com